Mengenai Saya

Foto saya
-Saya adalah seorang Mahasiswa UNiversitas Negeri Surabaya (UNESA). Wlaupun banyak yang memandang sebelah mata dengan kedudukan identitas Universitas yang saya cintai. Namun hal itu tidak menguramgi rasa cinta saya sedikit pun terhadap Universitas saya (UNESA). Di sini saya menjadi mahasiswa UNESA Kakultas Ekonomi (FE), Jurusan S1 Akuntansi, Periode 2010 (sEbuah tahun yang katanya di mulainya pasar bebas dan akhirnya ga blass).Walaupun saya cinta almamater, tetapi saya tidak Minat samasekali menjadi "MADI" (Mahasiswa Abadi), selain saya hitung-hitung umur yang nanti mengurangi jatah gaji pada pekerjaan yang saya geluti (Moga kesampaian ), namun faktor ekonomi dan mulai merasa malu dengan muka ku yang semakin lambat tahun menunjukkan wajah leluhur ,keriput, dan kusam. saya juga males bila teru-terusan menghadapi mata kuliah yang saya nilai gak karu-karuan.

Kamis, 12 Januari 2012

4 sektor

PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR


Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing-masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor-sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran. Berikut ini bagan perekonomian empat sektor :

Bagan Arus Pendapatan Nasional / Produksi Nasional

Pembelian barang dan jasa

(4)

Pembelian barang & jasa pajak

(5) (3)



(6) (2)

Pajak gaji&upah, bunga, transfer, payment

(1)

Gaji & upah, bunga, deviden, biaya

(8) (7)

Eksport Impor





ALASAN DAN MANFAAT PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.

2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara.

3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.

5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.

8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.



Manfaat Perdagangan Internasional

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi,iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

4. Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemenyang lebih modern.



NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL

Pengertian Neraca Pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu Negara. Tujuan utamannya adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional. Neraca pembayaran internasional mempunyai dua komponen utama, yaitu:

1. Current account (neraca berjalan), terdiri dari transaksi impor dan ekspor barang dan

jasa. Pada current account, ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara. Sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara. Selain ekspor dan impor, transaksi lain yang termasuk dalam current account adalah pembayaran faktor (factor payment) dan unilateral transfers.

2. Financial account (dulunya disebut capital account), yang mencatat transaksi aset

finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional. Ini mencakup pencatatan akan FDI (foreign direct investment atau Penanaman Modal Asing/PMA), pembayaran dividen, cicilan hutang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham, dan lain sebagainya. Financial account mengukur devisa masuk dan keluar seperti pada current account, dimana transaksi yang menghasilkan devisa dicatat sebagai kredit (capital inflow). Sebaliknya, transaksi yang mengakibatkan devisa keluar dari suatu negara dicatat sebagai debit (capital outflow). Contoh transaksi yang menghasilkan devisa (kredit) pada financial account adalah : hutang luar negeri, FDI, pembelian saham maupun obligasi dalam negeri oleh investor

asing, dll. Semua transaksi ini mendatangkan devisa bagi negara. Misalnya transaksi berlangsung antara Indonesia-Amerika, maka cadangan dolar (devisa) Indonesia akan

bertambah akibatnya adanya transaksi-transaksi diatas. Sedangkan contoh transaksi yang mengurangi devisa (debit) pada financial account adalah : pembayaran cicilan hutang luar negeri,pembayaran bunga dari hutang luar negeri, pembayaran dividen atas saham dalam negeri yang dimiliki investor asing, pembayaran bunga dan hutang obligasi yang jatuh tempo, pengiriman laba dari FDI atau investasi asing yang ditanamkan di dalam negeri, dll. Semua transaksi ini mengurangi devisa suatu negara. Dua fitur utama financial account adalah :

1. Capital inflow. Ini merupakan dana/modal yang masuk ke dalam suatu negara (dicatat sebagai kredit), misalnya melalui investasi asing (FDI), pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya.

2. capital outflow. Ini merupakan dana/modal yang keluar dari suatu negara (dicatat sebagai debit), misalnya ada swasta/masyarakat yang melakukan investasi (baik FDI maupun pembelian saham dan surat berharga lainnya) di luar negeri, pembayaran cicilan hutang luar negeri, pembayaran bunga atas hutang luar negeri, dll.



DEFISIT DAN SURPLUS NERACA PEMBAYARAN

Meskipun secara teoritis neraca pembayaran internasional/ Balance of Payment (Bop) harus berada pada kondisi nol (ekuilibrium), namun pada kenyataannya ini seringkali tidak tercapai. Ada tiga jenis dan penyebab disequilibrium pada Bop :

1. Cyclical disequilibrium. Ada dua hal yang dapat menyebabkan ini. Pertama, siklus bisnis/ekonomi yang berbeda antar negara. Kedua, negara-negara memiliki elastisitas permintaan pendapatan (income elasticity of demand) dan/atau elastisitas permintaan harga (price elastisity of demand) yang berbeda.

2. Secular disequilibrium. Merupakan disequilibrium jangka panjang pada Bop, terjadi karena perubahan ekonomi yang mendalam selama jangka waktu yang cukup lama. perubahan ekonomi ini biasanya disebabkan adanya fase perpindahan dari satu tahap pertumbuhan ke tahap yang lain. Negara pada tahap pertumbuhan cenderung melakukan investasi domestik > tabungan domestik, dan impor > ekspor. Defisit Bop disini terjadi karena tidak ada dana untuk menutupi surplus impor.

3. Structural disequilibrium. Ini terbagi menjadi dua :

a. Disequilibrium pada level barang dan jasa. Terjadi ketika perubahan permintaan atau penawaran terhadap ekspor ataupun impor merubah kondisi equilibrium yang telah ada. Bisa juga terjadi ketika pendapatan banyak dihabiskan di luar negeri.

b. Disequilibrium pada level faktor (harga faktor). Terjadi ketika harga faktor (misalnya tenaga kerja) tidak sesuai dengan kondisi factor endowment di suatu negara. Misalnya jika upah tenaga kerja terlalu tinggi, maka perusahaan akan cenderung mencari negara lain untuk berproduksi, tentunya yang biaya tenaga kerjanya lebih murah. Atau, impor akan barang/jasa yang membutuhkan banyak tenaga kerja seandainya diproduksi didalam negeri akan diperbanyak. Ini akan mengakibatkan defisit pada Bop dan pengangguran di dalam negeri.

Kebijakan untuk Mengurangi Defisit Bop

1. Devaluasi, yaitu dengan menurunkan kurs tukar. Penurunan kurs tukar berarti harga barang ekspor akan lebih murah bagi konsumen luar negeri (karena kurs tukar kita melemah), dan sebaliknya harga barang impor akan menjadi mahal bagi konsumen dalam negeri. Ini akan mendorong ekspor dan menurunkan impor, sehingga pada akhirnya dapat memperbaiki defisit pada Bop.

2. Deflasi, yaitu dengan menurunkan tingkat harga umum (deflasi terjadi ketika tingkat inflasi adalah minus). Dengan tujuan untuk menurunkan permintaan agregat, pemerintah akan menaikkan pajak atau suku bunga. Naiknya pajak akan menggerus daya beli masyarakat, sedangkan naikknya suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung (sehingga konsumsi berkurang). Ketika konsumsi berkurang, impor diharapkan ikut berkurang dan mengurangi defisit. Namun kebijakan ini sangat bergantung pada elastisitas permintaan akan barang impor. Selain itu, juga dapat bertentangan dengan kebijakan makro ekonomi lainnya karena dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menambah pengangguran.

3. Kebijakan supply side, yaitu kebijakan dari sisi penawaran dalam suatu perekonomian. Caranya adalah dengan memanipulasi sisi penawaran (produksi) sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan kekompetitfan ekonomi dan ekspor negara.

4. Proteksionisme. Misalnya dengan menaikkan tarif/cukai, memberlakukan kuota, persyaratan impor yang ketat, syarat kandungan impor, dls. Intinya adalah untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak negatifnya, kebijakan ini dapat menghambat produksi dalam negeri sehingga potensi ekspor ikut turun. Selain itu, industri lokal mungkin menjadi kurang kompetitif karena diproteksi.

3 sektor

Persamaan Pendapatan Nasional Tiga Sektor


Perekonomian tiga sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor-sektor rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Dalam perekonomian tiga sektor kegiatan perdagangan luar negeri masih diabaikan, sehingga perekonomian tiga sektor dinamakan juga perekonomian tertutup.

Pada perekonomian tiga sektor dimasukkan sektor pemerintah dalam analisis keseimbangan pendapatan nasional. Dengan demikian, maka dalam perekonomian tiga sektor terdiri dari sektor rumah tangga, sektor swasta, dan sektor pemerintah. Adanya sektor pemerintah akan muncul pengeluaran pemerintah pada sisi pengeluaran dan pajak pada sisi pendapatan. Pajak yang dikenakan oleh pemerintah akan mengurangi tingkat pendapatan yang siap dikonsumsikan. Pendapatan yang siap dikonsumsi dikurangi dengan pajak, disebut dengan pendapatan disposibel. Adanya pengeluaran pemerintah mengakibatkan keseimbangan pendapatan ekonomi berubah menjadi :







Sedangkan,







Jika diasumsikan pajak tetap, maka selisih antara GDP dan DI tetap.




Grafik/Kurva Pendapatan Nasional/GNP Keseimbangan




Y = C + I + G

Y = C0 + bY + I + G

Y = 1/(1-b) (C0 + I + G)

Jika ada perubahan pengeluaran pemerintah/G = (∆G), maka besarnya perubahan pendapatan/Y = (∆Y) :

Y+ DY = 1/(1-b) (C0 + I + G + DG)

DY = 1/(1-b) DG

dimana: DY = perubahan GDP, DG = perubahan pengeluaran pemerintah, dan 1/(1-b) = koefisien pengganda fiskal.



DAFTAR RUJUKAN



Rosihan. 2010. Perekonomian Tiga Sektor. (Online). http:// rosihan.lecturer.ub.ac.id. Diakses 21 November 2011.



Susilo. 2010. Perekonomian Dua Sektor dan Tiga Sektor. (Online). http:// susilofy.wordpress.com Diakses 21 November 2011.

Perekonomian 2 sektor

1. Pengertian Perekonomian Tertutup (2 Sektor)


Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan (swasta) dan sektor rumah tangga. Sehingga tidak terdapat adanya perdagangan luar negeri dan kegiatan pemerintah. Dalam perekonomian dua sektor, swasta merupakan satu-satunya produsen barang dan jasa dengan proses produksi yang dilaksanakan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki / disediakan oleh rumah tangga. Faktor- faktor produksi tersebut diantaranya adalah modal, tanah, tenaga kerja dan entrepreneurship.

Sebaliknya, sektor rumah tangga memperoleh pendapatan dari penjualan faktor-faktor produksi tersebut, antara lain bunga (pendapatan dari modal), sewa (pendapatan dari tanah), upah (pendapatan dari tenaga kerja), dan profit / laba (pendapatan dari entrepreneurship). Karena Pemerintah tidak memungut pajak, maka pendapatan disposable sama dengan pendapatan nasional (Yd = Y).

Dalam perekonomian dua sektor arus melingkar dari aktivitas ekonomi mempunyai sifat sebagai berikut :





Keterangan gambar :

1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor -faktor produksi dari sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan memeperoleh balas jasa berupa : upah, sewa, bunga, dan laba.

2. Sebagian besar pendapatan rumah tangga yang diterima oleh rumah tangga digunakan untuk pengeluaran konsumsi, yaitu untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.

3. Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi, oleh sektor rumah tangga akan ditabung di lembaga keuangan.

4. Sektor perusahaan yang membutuhkan dana modal untuk investasi meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan dari sektor rumah tangga.

2. Hubungan Konsumsi dan Pendapatan

Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan.

Sifat hubungan antara pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposabel yang mempengaruhinya, dijelaskan oleh pernyataan John Maynard Keynes berikut ini : “ Semakin tinggi pendapatan disposabel yang diterima oleh seseorang (rumah tangga), makin besar pula pengeluaran konsumsi yang akan mereka lakukan. Tetapi pertambahan konsumsi (∆C) yang terjadi adalah lebih kecil dari pertambahan pendapatan (∆Y) yang berlaku.

Berdasarkan hubungan antara pendapatan dan pengeluaran konsumsi didapatkan dua hal yang perlu diperhatikan, yakni :

a. Setiap pendapatan disposabel meningkat, maka pengeluaran konsumsi bertambah. Hubungan antara pertambahan pendapatan dengan pertambahan dalam pengeluaran konsumsi terdapat “ Marginal Propensity to Consume (MPC) ”.

Kecenderungan mengonsumsi marjinal “Marginal Propensity to Consume (MPC)” adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit. MPC juga diartikan sebagai perbandingan antara pertambahan (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel (∆Y).



MPC =

Keterangan :

∆C = Pertambahan konsumsi

∆Y = Pertambahan pendapatan











b. Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-Rata

Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consum atau APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total. APC juga bisa diartikan sebagai perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan.

APC=

Keterangan:

C = Tingkat konsumsi

Y = Besarnya pendapatan disposabel



c. Apabila konsumsi (C) > pendapatan disposabel (Y), maka rumah tangga tersebut akan mengorek tabungan (dissaving) dan APC > 1. Sebaliknya jika C



3. Fungsi Konsumsi dan Tabungan

3.1. Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.

C = a + bY

Keterangan :

C = Tingkat konsumsi

a = Konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0

b = Kecondongan konsumsi marginal

Y = tingkat pendapatan nasional

Berikut ini kurva yang menggambarkan fungsi konsumsi :



3.2. Fungsi Tabungan

Didalam model perekonomian dua sektor, bahwa pendapatan disposabel yang diterima oleh sektor rumah tangga hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi (C) dan sisanya untuk ditabung (S). Dengan demikian Y=C+S atau S=Y-C. Selanjutnya fungsi tabungan dapat dinyatakan sebagai berikut :



S = -a + (1 – b) Y





Grafiknya adalah :



Hubungan perbandingan anatara pertambahan pendapatan dengan pertambahan tabungan disebut “Marginal Propensity to Save” atau MPS. MPS adalah perbandingan antara pertambahan saving (∆S) dengan pertambahan pendapatan (∆Y).

MPS =

Untuk fungsi saving yang berbentuk garis lurus, besarnya MPS pada semua tingkat pendapatan adalah sama. Sedangkan perbandingan antara besarnya tabungan yang dilakukan rumah tangga pada berbagai tingkat pendapatan disposabel tertentu disebut “Average Propersity to Save (APS)”.

4. Analisis Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Matematis dan Grafis

Tingkat pendapatan nominal dalam model perekonomian dua sektor tergantung kepada jumlah pengeluaran agregat yang direncanakan, yaitu rencana untuk menabung dan investasi.

Dalam menganalisis pendapatan nasional, kita memiliki beberapa asumsi, antara lain:

1. Investasi adalah investasi yang autonomous, yaitu tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya.

2. Konsumsi adalah fungsi linear dan positif dari tingkat pendapatan disposable (Yd)

3. Tabungan juga memiliki fungsi linear dan positip dari tingkat pendapatan disposable (Yd)

4. Tidak ada pajak tidak langsung, maka pendapatan nasional (Y) sama dengan agregat pendapatan disposable.

Jumlah konsumsi agregat dan tabungan agregat suatu negara adalah sama dengan pendapatan nasional (Y).





Sementara itu fungsi konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatan disposable. Pendapatan disposable diperoleh dari pendapatan nasional dikurangi dengan pajak. Namun karena dalam analisis ini tidak ada pajak, maka pendapatan nasional memiliki nilai yang sama dengan pendapatan nasional.

Y = Yd

C = C0 + bYd



S = Y – C

S = Yd − (C0 + bYd )

S = − C0 + (1 − b)Yd

Dimana:

C = Konsumsi

Y = Pendapatan Nasional

Yd = Pendapatan Disposable

C0 = autonomous consumption

S = Tabungan

Persamaan matematis di atas menggambarkan tentang persamaan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan. Dalam fungsi konsumsi terdapat autonomous consumption. Autonomous consumption menunjukkan jumlah konsumsi masyarakat apabila ia tidak memiliki pendapatan apapun (Y = 0). Misalnya seseorang yang tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan, ia harus tetap berkonsumsi yaitu makan. Makan di sini disebut sebagai autonomous consumption.



Contoh soal :

Fungsi konsumsi adalah C = 100 + 0,8 Y. Sementara itu fungsi investasi adalah I =50, berapakah keseimbangan pendapatan nasional?

Jawaban :

Untuk mencari keseimbangan pendapatan nasional dapat dicari melalui dua cara, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan injeksi-kebocoran.

a. Pendekatan Pengeluaran

Y = C + I

Y = 100 + 0,8Y + 50

Y − 0,8Y = 150

0,2Y = 150

Y = 750

b. Pendekatan Injeksi-Kebocoran

C = 100 + 0,8Y

S = −100 + 0,2Y

S = I

− 100 + 0,2Y = 50

0,2Y = 150

Y = 750

Apabila keseimbangan pendapatan nasional tersebut kita gambarkan dalam grafis dua dimensi, maka diperoleh gambar seperti berikut:



Pada gambar yang dibagian atas terdapat sebuah garis yang membagi dua kuadran sama besar atau sudut kemiringan garis adalah 45 derajat. Garis tersebut menunjukkan bahwa total pendapatan adalah sama dengan total pengeluaran. (Y = E). Dengan fungsi konsumsi C = 100 + 0,8 Y, keseimbangan pertama terjadi pada saat Y = C.

Garis fungsi konsumsi akan berpotongan dengan garis keseimbangan (Y=E) pada saat keseimbangan pendapatan nasional adalah 500. Pada saat itu tabungan sama dengan nol.



Karena nilai C = Y, maka tabungan tidak ada (nol). Pada saat investasi berjumlah 50, maka garis pengeluaran bergeser ke atas. Fungsi pengeluaran sekarang adalah Y = C + I. Keseimbangan pendapatan nasional terjadi pada saat Y = 750. Pada saat itu, nilai investasi akan sama dengan nilai tabungan.



Rabu, 30 November 2011

Photo Graphy with Nikon Digital Camera

Bermaksud untuk tidak mengurungkan kesenangan, walau tak ada kamera Profesional pun. Terlaksana juga dengan kamera seadanya, Nikon Digital Camera. Dengan model yang tidak lain adalah kakak ku sendiri, tempat Pemotretan pun juga sekitar Rumah. Justru ini sebuah antangan, bagaimana dengan keterbatasan yang ada, tetapi tidak menghalangi untuk berbuat yang Maksimal. Inilah Hasilnya :










Model : Sari L.A
Photografer : Bagus M.A

Senin, 21 November 2011

"Nadine Alexandra"
Nadine sapaan akrab Putri Indonesia 2010 ini, adalah perwakilan INDONESIA di ajang kecantikan sejagad "Miss Universe 2011", di Sao Paulo BRAZIL. Wanita dengan  Tinggi 171cm ini telah berusaha maksimal untuk harum kan nama indonesia. Namun sekalilagi Nadine belum mampu masuk 15 Besar di ajang International ini seperti Pendahulunya Artika Sari Devi. Inilah Penampilan Nadine Saat berlaga di Miss Universe 2011.
Foto Resmi Nadine Alexandra untuk MU 2011.

Busana Wajib Kontestan MU 2011, Miss Indonesia Universe 2011.
Opening MU 2011 Gown, purple sesuai dengan didaulatnya nadine sbg bintang
Promosi Pewarna kuku O.P.I oleh Pihak Miss Universe Org.

"Night Gown"
Hijau Toska dipilih untuk balutan gaun malam Nadine.


























"Tampak pada kamera Pemantau"


"Busana Renang"


Tampil anggun dengan Busana Nasional bertema
"BEAUTY of WAYANG GOLEK"




Schon Collection

"Schon Collection", adalah sebuah Usaha Dagang bidang Fashion Kerudung oleh Mahasiswa Akuntansi Unesa, yakni "Khusnul Khotimah, Bagus Muh Arif, Winda Meivilana, Dewi Agustina dan Wildah Akmala Dina". Ke-5 anak muda inilah Owner dari uasaha ini (wkwkwkwkwwk Kaya Perusahaan tOp aje...).
Ketua : Winda Meivilana
Koord. Keuangan : Dewi Agustina
Koord.Pemasaran : Wildah Akmala Dina
Koord.Operasional : Bagus Muh Arif
Koord.Pengembangan Usaha : Khusnul Khotimah.

Berdiri sejak Oktober 2011, usaha ini mulai dijalankan melalui online atau Terjun lapangan. Inilah Logo uasaha kami :
                                                                            Editing by.ARbee Muhammad
Soon.