Mengenai Saya

Foto saya
-Saya adalah seorang Mahasiswa UNiversitas Negeri Surabaya (UNESA). Wlaupun banyak yang memandang sebelah mata dengan kedudukan identitas Universitas yang saya cintai. Namun hal itu tidak menguramgi rasa cinta saya sedikit pun terhadap Universitas saya (UNESA). Di sini saya menjadi mahasiswa UNESA Kakultas Ekonomi (FE), Jurusan S1 Akuntansi, Periode 2010 (sEbuah tahun yang katanya di mulainya pasar bebas dan akhirnya ga blass).Walaupun saya cinta almamater, tetapi saya tidak Minat samasekali menjadi "MADI" (Mahasiswa Abadi), selain saya hitung-hitung umur yang nanti mengurangi jatah gaji pada pekerjaan yang saya geluti (Moga kesampaian ), namun faktor ekonomi dan mulai merasa malu dengan muka ku yang semakin lambat tahun menunjukkan wajah leluhur ,keriput, dan kusam. saya juga males bila teru-terusan menghadapi mata kuliah yang saya nilai gak karu-karuan.

Kamis, 12 Januari 2012

Perekonomian 2 sektor

1. Pengertian Perekonomian Tertutup (2 Sektor)


Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor perusahaan (swasta) dan sektor rumah tangga. Sehingga tidak terdapat adanya perdagangan luar negeri dan kegiatan pemerintah. Dalam perekonomian dua sektor, swasta merupakan satu-satunya produsen barang dan jasa dengan proses produksi yang dilaksanakan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki / disediakan oleh rumah tangga. Faktor- faktor produksi tersebut diantaranya adalah modal, tanah, tenaga kerja dan entrepreneurship.

Sebaliknya, sektor rumah tangga memperoleh pendapatan dari penjualan faktor-faktor produksi tersebut, antara lain bunga (pendapatan dari modal), sewa (pendapatan dari tanah), upah (pendapatan dari tenaga kerja), dan profit / laba (pendapatan dari entrepreneurship). Karena Pemerintah tidak memungut pajak, maka pendapatan disposable sama dengan pendapatan nasional (Yd = Y).

Dalam perekonomian dua sektor arus melingkar dari aktivitas ekonomi mempunyai sifat sebagai berikut :





Keterangan gambar :

1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor -faktor produksi dari sektor rumah tangga oleh sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan memeperoleh balas jasa berupa : upah, sewa, bunga, dan laba.

2. Sebagian besar pendapatan rumah tangga yang diterima oleh rumah tangga digunakan untuk pengeluaran konsumsi, yaitu untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.

3. Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi, oleh sektor rumah tangga akan ditabung di lembaga keuangan.

4. Sektor perusahaan yang membutuhkan dana modal untuk investasi meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan dari sektor rumah tangga.

2. Hubungan Konsumsi dan Pendapatan

Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan.

Sifat hubungan antara pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposabel yang mempengaruhinya, dijelaskan oleh pernyataan John Maynard Keynes berikut ini : “ Semakin tinggi pendapatan disposabel yang diterima oleh seseorang (rumah tangga), makin besar pula pengeluaran konsumsi yang akan mereka lakukan. Tetapi pertambahan konsumsi (∆C) yang terjadi adalah lebih kecil dari pertambahan pendapatan (∆Y) yang berlaku.

Berdasarkan hubungan antara pendapatan dan pengeluaran konsumsi didapatkan dua hal yang perlu diperhatikan, yakni :

a. Setiap pendapatan disposabel meningkat, maka pengeluaran konsumsi bertambah. Hubungan antara pertambahan pendapatan dengan pertambahan dalam pengeluaran konsumsi terdapat “ Marginal Propensity to Consume (MPC) ”.

Kecenderungan mengonsumsi marjinal “Marginal Propensity to Consume (MPC)” adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit. MPC juga diartikan sebagai perbandingan antara pertambahan (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel (∆Y).



MPC =

Keterangan :

∆C = Pertambahan konsumsi

∆Y = Pertambahan pendapatan











b. Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-Rata

Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consum atau APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total. APC juga bisa diartikan sebagai perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan.

APC=

Keterangan:

C = Tingkat konsumsi

Y = Besarnya pendapatan disposabel



c. Apabila konsumsi (C) > pendapatan disposabel (Y), maka rumah tangga tersebut akan mengorek tabungan (dissaving) dan APC > 1. Sebaliknya jika C



3. Fungsi Konsumsi dan Tabungan

3.1. Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu perekonomian.

C = a + bY

Keterangan :

C = Tingkat konsumsi

a = Konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional 0

b = Kecondongan konsumsi marginal

Y = tingkat pendapatan nasional

Berikut ini kurva yang menggambarkan fungsi konsumsi :



3.2. Fungsi Tabungan

Didalam model perekonomian dua sektor, bahwa pendapatan disposabel yang diterima oleh sektor rumah tangga hanya digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi (C) dan sisanya untuk ditabung (S). Dengan demikian Y=C+S atau S=Y-C. Selanjutnya fungsi tabungan dapat dinyatakan sebagai berikut :



S = -a + (1 – b) Y





Grafiknya adalah :



Hubungan perbandingan anatara pertambahan pendapatan dengan pertambahan tabungan disebut “Marginal Propensity to Save” atau MPS. MPS adalah perbandingan antara pertambahan saving (∆S) dengan pertambahan pendapatan (∆Y).

MPS =

Untuk fungsi saving yang berbentuk garis lurus, besarnya MPS pada semua tingkat pendapatan adalah sama. Sedangkan perbandingan antara besarnya tabungan yang dilakukan rumah tangga pada berbagai tingkat pendapatan disposabel tertentu disebut “Average Propersity to Save (APS)”.

4. Analisis Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Matematis dan Grafis

Tingkat pendapatan nominal dalam model perekonomian dua sektor tergantung kepada jumlah pengeluaran agregat yang direncanakan, yaitu rencana untuk menabung dan investasi.

Dalam menganalisis pendapatan nasional, kita memiliki beberapa asumsi, antara lain:

1. Investasi adalah investasi yang autonomous, yaitu tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya.

2. Konsumsi adalah fungsi linear dan positif dari tingkat pendapatan disposable (Yd)

3. Tabungan juga memiliki fungsi linear dan positip dari tingkat pendapatan disposable (Yd)

4. Tidak ada pajak tidak langsung, maka pendapatan nasional (Y) sama dengan agregat pendapatan disposable.

Jumlah konsumsi agregat dan tabungan agregat suatu negara adalah sama dengan pendapatan nasional (Y).





Sementara itu fungsi konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatan disposable. Pendapatan disposable diperoleh dari pendapatan nasional dikurangi dengan pajak. Namun karena dalam analisis ini tidak ada pajak, maka pendapatan nasional memiliki nilai yang sama dengan pendapatan nasional.

Y = Yd

C = C0 + bYd



S = Y – C

S = Yd − (C0 + bYd )

S = − C0 + (1 − b)Yd

Dimana:

C = Konsumsi

Y = Pendapatan Nasional

Yd = Pendapatan Disposable

C0 = autonomous consumption

S = Tabungan

Persamaan matematis di atas menggambarkan tentang persamaan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan. Dalam fungsi konsumsi terdapat autonomous consumption. Autonomous consumption menunjukkan jumlah konsumsi masyarakat apabila ia tidak memiliki pendapatan apapun (Y = 0). Misalnya seseorang yang tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan, ia harus tetap berkonsumsi yaitu makan. Makan di sini disebut sebagai autonomous consumption.



Contoh soal :

Fungsi konsumsi adalah C = 100 + 0,8 Y. Sementara itu fungsi investasi adalah I =50, berapakah keseimbangan pendapatan nasional?

Jawaban :

Untuk mencari keseimbangan pendapatan nasional dapat dicari melalui dua cara, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan injeksi-kebocoran.

a. Pendekatan Pengeluaran

Y = C + I

Y = 100 + 0,8Y + 50

Y − 0,8Y = 150

0,2Y = 150

Y = 750

b. Pendekatan Injeksi-Kebocoran

C = 100 + 0,8Y

S = −100 + 0,2Y

S = I

− 100 + 0,2Y = 50

0,2Y = 150

Y = 750

Apabila keseimbangan pendapatan nasional tersebut kita gambarkan dalam grafis dua dimensi, maka diperoleh gambar seperti berikut:



Pada gambar yang dibagian atas terdapat sebuah garis yang membagi dua kuadran sama besar atau sudut kemiringan garis adalah 45 derajat. Garis tersebut menunjukkan bahwa total pendapatan adalah sama dengan total pengeluaran. (Y = E). Dengan fungsi konsumsi C = 100 + 0,8 Y, keseimbangan pertama terjadi pada saat Y = C.

Garis fungsi konsumsi akan berpotongan dengan garis keseimbangan (Y=E) pada saat keseimbangan pendapatan nasional adalah 500. Pada saat itu tabungan sama dengan nol.



Karena nilai C = Y, maka tabungan tidak ada (nol). Pada saat investasi berjumlah 50, maka garis pengeluaran bergeser ke atas. Fungsi pengeluaran sekarang adalah Y = C + I. Keseimbangan pendapatan nasional terjadi pada saat Y = 750. Pada saat itu, nilai investasi akan sama dengan nilai tabungan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar